Unsurintrinsik puisi, antara lain harus memiliki: tema, rasa, nada, amanat, diksi (pilihan kata), imaji, kata konkret (nyata), ritme (irama), rima (persamaan bunyi), gaya bahasa/majas/bahasa kiasan. Unsur intrinsik puisi yang akan dibahas yang muncul di soal UN, antara lain: 1.
Setiap daerah di Indonesia memiliki cerita rakyat atau legenda yang bersifat fiktif dan nyata pada zaman dahulu, cerita ini diwariskan secara turun-temurun secara lisan dari sebuah kejadian yang terjadi pada masyarakat pada zaman tersebut. Kamu mungkin lebih mengenalnya sebagai dongeng, akan tetapi terlepas dari itu fiktif atau nyata, cerita-cerita legenda ini juga mengandung ajaran moral yang dapat diambil, selain itu juga bisa sebagai penghibur. Apa itu Cerita Legenda Cerita legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang berhubungan dengan peristiwa sejarah dan mengisahkan kehidupan seorang tokoh, peristiwa, kejadian atau suatu tempat. Legenda merupakan sebuah cerita prosa rakyat yang diasumsikan benar-benar terjadi secara sejarahnya, walaupun seringkali mengalami distorsi sehingga tidak sama dengan cerita aslinya. Menurut Jan Harold Brunvand terbagi menjadi 3 kelompok cerita legenda sebagai berikut Cerita legenda keagamaan yang menceritakan tentang tokoh-tokoh agama, tentang hal luar biasa yang terjadi yang diceritakan dalam kitab suci tertentu. Cerita legenda alam gaib menceritakan dunia supranatural yang berkaitan dengan kepercayaan atau pengalaman seseorang tentang dunia gaib Cerita legenda perorangan yang menceritakan tokoh tertentu di suatu daerah, umumnya kisahnya menceritakan keterkaitan dengan tempat tinggal atau asal suatu nama tempat di suatu daerah Legenda Batu Babi dan Anjing Cerita Rakyat dari Kalimantan TengahOleh Noorhadi Terlihat sebuah jukung membelah air. Seorang laki-laki dengan tenang mengayuh dayung. Laki-laki itu berumur kira-kira 30 tahun. Wajahnya memperlihatkan ketenangan. Matanya teduh, meskipun tampak kelelahan samar di wajahnya. Seekor anjing tegak berdiri di ujung depan perahu mengamati sekeliling dengan ekor mengibas ke kiri kanan, layaknya seorang panglima yang mengawasi anak buahnya. Anjing itu bangga karena menjadi pengawal bagi tuannya. Senja keemasan segera menghilang dari langit saat perahu kecil itu menepi ke daratan. Dengan lompatan kecil, anjing tadi mendarat dengan mulus di atas tanah. Sementara, laki-laki itu naik ke daratan lalu menarik perahu ke daratan dan mengikatkan tali yang terkait di perahu ke sebuah tonggak kayu yang sengaja ditancapkan di pinggir danau itu. Danau Sembuluh namanya, sebuah danau yang cukup luas dan dalam. Berbagai macam ikan hidup di dalamnya sebagai sumber penghidupan penduduk di sekitarnya. Secukupnya untuk keperluan sehari-hari, selebihnya dijual dalam keadaan segar dan dijemur untuk dijadikan ikan kering berlumuran garam. Sebuah rumah berdiri tak jauh dari tepi danau yang dihuni oleh seorang laki-laki dan anjingnya. Tampak rumah itu sudah sangat lama didirikan. Terlihat beberapa lubang di dinding yang terbuat dari papan kayu dan warna kayunya pun sudah berubah. Lapuk. Rumah panggung berdinding papan dan beratap daun rumbia. Rumah yang tidak terawat. Bertebaran daun kering di halaman depan, samping maupun belakang. Sumber “Legenda Batu Babi dan Anjing”. Rumah Belajar, Diakses pada 10 Maret 2023Burung Ajaib Cerita rakyat dari Kutai, Kalimantan TimurOleh Dina Alfiyanti Fasa Suatu pagi, cuaca di Kerajaan Rimba Belantara terlihat cerah. Penghuninya adalah binatang dari berbagai jenis yang berperilaku seperti manusia. Setiap jenis binatang memiliki raja masing-masing. Pemegang kedudukan tertinggi adalah Pemimpin Agung yang dijabat oleh Raja Pelanduk. Sesuai dengan namanya, kerajaan itu terletak di kawasan hutan belantara yang dikelilingi lautan luas. Pohon-pohon besar berdiri kokoh di pinggir-pinggir negeri yang menjadi gerbang masuk ke kawasan Kerajaan Rimba Belantara. Makin ke dalam makin pekat dan gelap oleh rimbunan dedaunan. Negeri itu berbukit-bukit dan jarang didatangi manusia. Di belakang bukit sebelah barat rombongan rusa yang dipimpin rajanya tengah merumput. Di atas pohon-pohon besar sekawanan monyet bergelantungan tengah makan buah-buahan. Begitu pula burung-burung ikut merubung pohon senduru yang tengah berbuah. Sementara di bawah pohon, pasukan singa tengah bermalasmalasan. Setelah memegang tampuk kekuasaan, Raja Pelanduk berhasil menyelesaikan konflik antarbangsa binatang di Kerajaan Rimba Belantara yang sangat luas itu, misalnya konflik antara bangsa Semut dan Gajah, konflik Serigala dengan Kambing, serta konflik Kera dengan Singa. Semua persoalan dalam kerajaan itu, satu per satu, bisa diselesaikannya dengan baik. Dengan kecerdikannya sebagai Pemimpin Agung, Raja Pelanduk bisa memecahkan setiap persoalan yang muncul di kerajaannya. Dengan kebijaksanaannya, semua persoalan ditangani dengan baik. Walaupun dia bersikap baik, dia tidak segan-segan bersikap tegas jika keadaan mengharuskan seperti itu. Dia pun bisa bersikap menghibur jika suasananya cocok untuk itu. Gambaran pelanduk yang cerdik, bijaksana, tegas, dan lucu benar-benar sesuai dengan kenyataannya. Untuk itu, Raja Pelanduk atau Pemimpin Agung terkenal di seluruh negeri dan mendapat kepercayaan penuh dari rakyatnya, bangsa binatang. Akhir-akhir ini Pemimpin Agung banyak termenung di singgasana kebesarannya, sebuah batu marmer mengkilap yang dikhususkan untuknya. Waktu begitu cepat berlalu. Kejayaan masa lalu Kerajaan Rimba Belantara segera berganti. Mmm … mengapa semuanya begitu cepat? Dulu sepanjang mata memandang hanya kehijauan dan kesuburan. Kini semua itu terkikis secara perlahan. Pohon-pohon di bukit mulai meranggas. Sumber “Burung Ajaib”. Rumah Belajar, Diakses pada 10 Maret 2023Kisah Terjadinya Danau Makete dan Danau Galelo Kisah ini merupakan lanjutan dari cerita tentang asal-usul nama Danau Lina serta timbulnya pulau-pulau di depan Tobelo. Kita kembali lagi kepada Sultan Gajadean yang bernama Kobubu dan saudara perempuannya Mama Ua. Kobubu kini telah dewasa, tapi belum beristri. Pada suatu hari ia mendapat wangsit/ilham bahwa ada seorang putri dari kayangan yang berdiam di Galela. Dia berangkat ke sana, dan setelah bertanya ke sana ke mari, bertemulah dia dengan putri tersebut di suatu kampung yang bernama Gobula di Galela. Menurut cerita, putri ini adalah anak Sultan Tidore yang hamil di luar nikah sehingga sultan bermaksud membunuhnya. Karena itu dia melarikan diri dan sampailah di Seli di mana dia melahirkan bayinya. Bayi tersebut ditinggalkan di Seli, kemudian meneruskan perjalanannya sampai ke Galela. Beberapa kali Kobubu pergi ke Galela dan bertemu dengan putri tersebut, sehingga akhirnya dia jatuh cinta dan berhasil menga wini- nya. Sesudah nikah, untuk sementara waktu dia tinggal di Galela, sampai akhirnya setelah cukup lama di Galela dia bermaksud untuk kembali ke Tobelo dengan memboyong istrinya. Namun orang Galela tidak semudah itu melepaskannya pergi sebelum dia memberi ganti rugi, mengingat bahwa putri tersebut telah lama mereka pelihara. Kobubu kemudian bertanya apa yang harus diberikan sebagai ganti rugi. Mereka lalu minta diberikan sebuah telaga danau kalau dapat, sebab selama ini mereka sangat kekurangan air. Kobubu menyetujui usul itu, lalu kembalilah ia ke telaga Lina, mengambil air danau itu dengan sebuah batok tempurung kelapa. Sesampai di Galela, air dalam batok tersebut ditumpahkan ke tanah dan berubahlah menjadi sebuah telaga danau, namun karena dirasakannya terlalu kecil, mereka minta dibuat yang lebih besar. Danau tadi dinamakan Danau Makete, karena Kecil. Kembali pula Kobubu ke Danau Lina, dan menampung air dalam sehelai daun teratai serta ditumpahkannya ke tanah. Maka berubahlah air itu menjadi Danau Galela. Setelah selesai melaksanakan tuntutan ganti rugi tersebut, pulanglah Kobubu ke Tobelo bersama istrinya. Bagairnana dengan Marna Ua? Setelah saudara laki-lakinya menikah, dia menghilang dan menurut cerita dia muncul di Loloda bagian barat Halmahera Utara. Sumber “Cerita Rakyat Maluku”. Diakses pada 10 Maret 2023Raja Subrata Cerita Rakyat dari Jawa TengahOleh Ririen Ekoyanantiasih Di negeri Banjarharja bertahtalah seorang raja yang bernama Raja Subrata. Permaisurinya bernama Dewi Susilawati. Raja Subrata mempunyai dua orang putra mahkota yang bernama Pangeran Aditya dan Pangeran Yuda. Pemerintahan Raja Subrata dibantu oleh seorang patih yang bernama Patih Jaya. Berkat kejujuran dan ketekunannya, ia menjadi tangan kanan raja. Hal itu membuat iri hati Ki Tua. Ki Tua adalah seorang juru tenung kerajaan. Ia dipercaya menjadi ketua juru tenung di kerajaan karena ramalannya selalu tepat. Kepandaian Ki Tua sangat terkenal, tetapi tidak didukung oleh sikap yang baik. Ia selalu iri kepada orang lain, terlebih-lebih kepada Patih Jaya. Suatu hari raja mengeluarkan pengumuman. Rakyat Banjarharja berkumpul di lapangan, hendak mendengarkan keputusan raja yang akan disampaikan oleh Patih Jaya. “Demikian tadi putusan Raja, wahai rakyatku semuanya. Jadi, mulai hari ini janganlah kalian menyembah berhala lagi, tetapi menyembah dan memohon pertolonganlah kepada Tuhan Yang Mahakuasa,” kata Patih dengan suara keras dan tegas. Raja Subrata ingin rakyatnya percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, Tuhan yang menciptakan alam semesta ini beserta seluruh penghuninya. Keputusan raja tersebut membuat sebagian orang merasa tidak aman, terutama para juru tenung. Sumber “Raja Subrata”. Diakses pada 10 Maret 2023Lipi Poleng Tanah Lot Cerita Rakyat dari BaliOleh I Nyoman Argawa Terus berjalan menyusuri tepi pantai selatan menuju ke arah tenggara, akhirnya tibalah beliau di sebuah tempat, yaitu Alas Kendung. Areal hutan yang tak terlampau luas ini disesaki tumbuhan pohon kendung, yang tinggi dan besar pula. Dang Hyang Nirartha melakukan yoga semadi di tempat ini seraya memohon petunjuk untuk menemukan sinar yang pernah dilihatnya. Ketika itulah datang Bendesa Beraban menemui Dang Hyang Nirarta menyampaikan bahwa tanaman padi di wilayahnya dilanda wabah penyakit. Dang Hyang Nirarta menjelaskan bahwa wabah itu disebabkan oleh makhluk bernama Bhuta Bebahung. Beliau lalu menghadiahkan sebilah keris bernama Ki Baru Gajah kepada Bendesa Beraban untuk melenyapkan Si Bhuta Bebahung. Beliau juga berpesan kepada Bendesa Beraban agar membangun pura di tempat tersebut. Pura yang telah dibangun itu diberi nama Pura Luhur Pakendungan. Saat pelaksanaan upacara, keris Ki Barus Gajah agar diberi sesaji dan memohon kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar sirna semua hama yang menyerang tanaman padi mereka. Berdasarkan petunjuk yang diperoleh saat menggelar yoga semadi di Alas Kendung, akhirnya sampailah beliau pada sinar dimaksud. Ternyata sinar itu adalah sebuah sumber mata air tawar yang berada di tengah deburan air laut yang asin. Letaknya hanya beberapa langkah lagi dari Alas Kendung. Tidak jauh dari sumber mata air tersebut, beliau menemukan sebuah tempat yang panorama keindahannya tiada tara. Tempat ini disebut Gili Beo. Gili artinya batu karang’, beo artinya burung’. Jadi, tempat itu adalah sebuah batu karang besar berbentuk menyerupai burung beo. Di sinilah beliau melakukan meditasi dan pemujaan kepada Dewa Baruna, perwujudan Tuhan sebagai penguasa laut. Sumber “Lipi Poleng Tanah Lot”. Diakses pada 10 Maret 2023Asal-Usul Danau Maninjau Cerita Rakyat dari Sumatera BaratOleh Agus Sri Danardana Kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka panghulu, panghulu barajo ka mufakat, mufakat barajo ka nan bana, bana manuruik alua jo patui Petitih itu membentangkan struktur pemerintahan menurut adat. Kemenakan dan mamak sama-sama berada dalam hukum adat di nagari. Namun, yang memegang kekuasaan tertinggi tetaplah kebenaran, dilaksanakan menurut alur dan kepatutan. Keputusan sudah dibuat. Bujang Sembilan dan seluruh masyarakat merasa paling benar. Meskipun Datuk Limbatang, baik sebagai mamak maupun datuk kaum itu, telah berusaha meluruskan kesalahpahaman tersebut, masyarakat tetap menganggap Giran dan Siti Rasani bersalah. Matahari telah terbenam. Suasana di kaki gunung itu mencekam. Para penduduk menyalakan obor. Mereka berduyun-duyun menyusuri lereng gunung. Sesampai di mulut kawah, suasana mendadak sepi dan hening. Hanya suara burung gagak yang sesekali terdengar serta suara gemuruh dari dalam kawah. Dengan suara berat Kukuban pun berkata, “Kudun, ambil kain hitam itu, tutup mata mereka!” Dengan sigap Kudun mengambil kain hitam dari tangan Balok. Ia menutup mata adiknya dan Giran dengan kain itu. Suasana kembali hening. Terlihat Bujang Sembilan berbisik-bisik merundingkan sesuatu. Sementara itu, Datuk Limbatang hanya berdiri lunglai di antara kerumunan kaumnya. Ia tak berdaya. Sumber “Asal-Usul Danau Maninjau”. Diakses pada 10 Maret 2023Jaka Prabangkara Cerita Rakyat dari Jawa TimurOleh Fairul Zabadi Jaka Prabangkara adalah putra Raja Majapahit Prabu Brawijaya V yang terlahir dari seorang perempuan keturunan rakyat biasa. Sang raja bertemu dengan ibunda Prabangkara saat sedang menyamar sebagai rakyat biasa untuk mengetahui kondisi rakyat di luar istana. Ketika menyamar, sang Raja mengenakan pakaian rakyat seperti pada umumnya. Biasanya, ia ditemani oleh dua orang pembantu setianya yaitu si Semut dan si Gatel. Setelah lama berkeliling melihat kondisi rakyat, sang Raja merasa lelah dan ingin beristirahat. Kebetulan di dekat sang Raja duduk ada satu rumah milik seorang mantri jagal. Sang Mantri Jagal mempersilahkan kepada sang Raja dan pembantu setianya untuk beristirahat di rumahnya. Tawaran itu diterima dengan senang hati oleh sang Raja. Sang Mantri Jagal memiliki anak perempuan, seorang janda kembang yang cantik. Sang Raja tertarik dengan anak sang mantri tersebut. Terjadilah hubungan percintaan antara raja Majapahit yang sedang menyamar dan putri sang Mantri Jagal. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi lelaki yang sehat dan rupawan, hasil hubungan percintaan mereka. Bayi tersebut diberi nama Raden Jaka Prabangkara. Sayangnya, sang Raja tidak mau mengakui secara terangterangan bahwa Jaka Prabangkara adalah putranya. Sumber “Jaka Prabangkara”. Diakses pada 10 Maret 2023 Raja Indra Pitara Cerita Rakyat dari Sulawesi TenggaraOleh Rahmawati Dahulu kala, di Kerajaan Burinaga, bertahta seorang raja yang memerintah dengan arif dan bijaksana. Rakyatnya dapat bekerja dengan aman dan tenang sehingga kehidupan mereka sejahtera. Sayangnya, kehidupan keluarga sang raja terasa belum lengkap karena belum hadirnya seorang putra yang diharapkan dapat menjadi penerus kerajaan. Berbagai usaha telah dilakukan oleh raja dan permaisuri. Tak terbilang banyaknya orang pintar dari berbagai penjuru kerajaan yang dipanggil ke istana untuk mencari penyebab yang membuat raja belum dikaruniai keturunan. “Andaikata Yang Kuasa berkenan memberiku seorang anak, aku akan ikhlas sekalipun tidak melihat jasadnya.” Suara itu terdengar perlahan, tetapi di dalamnya tersirat sejuta kegalauan. Terlihat kemasygulan dalam raut wajah sang raja. “Kanda!” Permaisuri yang sedang duduk menenun terkejut, seketika ia menghentikan tenunannya. “Kenapa, Adinda? Saya kira Dinda mengerti perasaan Kanda. Umur kita kian hari semakin bertambah. Kerajaan ini butuh seorang penerus. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana nasib kerajaan ini jika nantinya kita sudah tua dan belum punya anak.” “Perasaan kita sama, Kanda. Kecemasan, kebimbangan Kanda juga Dinda rasakan. Saya yakin semua ada jalan keluarnya. Kita tidak boleh berputus asa dari rahmat-Nya. Kita harus sabar, Kanda. Kita tidak boleh lelah berdoa dan berusaha. Dinda yakin kalau kita terus-menerus meminta kepada-Nya pasti akan diberi keturunan.” Hari demi hari berlalu. Sebulan sejak percakapan itu, permaisuri pun hamil. Kehamilan permaisuri disambut dengan penuh kebahagiaan. Kebahagiaan tidak saja dirasakan oleh raja dan permaisuri, tetapi juga oleh seluruh rakyat Kerajaan Burinaga. Permaisuri mendapat perlakuan yang sangat istimewa baik dari raja maupun dari orang-orang yang ada di sekelilingnya. Semasa kehamilan tersebut, perhatian dan kasih sayang raja hanya tertuju kepada permaisuri. Apa pun yang ingin dimakan oleh permaisuri segera disiapkan. Sumber “Raja Indra Pitara”. Diakses pada 10 Maret 2023 Pangeran Purbaya dan Raksasa Jin Sepanjang Cerita Rakyat dari DI YogyakartaOleh Herry Mardiyanto Sudah larut malam, namun Panembahan Senopati masih saja termenung di beranda keraton. Sesekali ia menarik napas panjang, menerawang kegelapan malam. Kegelisahan terus mengendap di dalam hatinya. “Tak usah cemas Ingkang Sinuwun. Hamba setuju dengan rencana perluasan Kerajaan Mataram. Terlebih rencana itu untuk menyejahterakan rakyat Mataram.” Panembahan Senopati memandang jauh ke depan menembus kepekatan malam. Di kejauhan terdengar suara jangkrik berkepanjangan. “Akan tetapi, aku tak ingin terjadi peperangan yang bisa menimbulkan korban,” ujar Panembahan Senopati memecah kesunyian. “Hamba juga sependapat dengan pemikiran Ingkang Sinuwun,” lanjut Ki Gede Panembahan yang tetap duduk di sudut ruangan. Di depannya terletak meja marmer bundar dengan dua cangkir wedang jahe yang masih mengepul hangat. “Lalu, apa yang harus kita lakukan? Bagaimana caranya memperluas wilayah kekuasaan tanpa menyerang kerajaan lain?” Sumber “Pangeran Purbaya dan Raksasa Jin Sepanjang”. Diakses pada 10 Maret 2023 Pertarungan Sultan Maulana Hasanuddin dan Prabu Pucuk Umun Cerita Rakyat dari BantenOleh Nur Seha Dihikayatkan pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang sultan bernama Sultan Maulana Hasanuddin. Ia adalah sultan pertama di Banten yang sangat berpengaruh dalam penyebaran agama Islam di Banten. Beliau mendapat gelar Pangeran Sabakingking atau Seda Kinkin, dari kakeknya, yaitu Prabu Surasowan, yang pada masa itu menjabat sebagai bupati di Banten. Sultan Maulana Hasanuddin sendiri adalah putera kedua dari Syaikh Syarif Hidayatullah, putra Pangeran Cakrabuana atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Djati yang merupakan salah satu dari sembilan wali wali sanga dan ibunya yang bernama Nyi Kawunganten putri dari Prabu Surasowan. Suatu hari Prabu Surasowan jatuh sakit. Ia menderita penyakit yang sangat parah. Banyak tabib yang didatangkan ke istana untuk mengobati penyakit beliau. Berbagai macam pengobatan dan ramuan dari dedaunan yang didatangkan dari Gunung Karang, Pulosari, Asepan, dan Pinang, tetapi semuanya berakhir sia-sia ”Sudahlah istriku, tidak usah kau cemaskan keadaanku saat ini. Aku pasti sembuh,” ujar Surasowan sambil menggenggam tangan istrinya. “Bukan begitu Paduka, aku sudah berupaya mendatangkan tabib-tabib ternama dari seluruh Banten untuk mengobatimu. Namun, kau tetap saja terbaring di tempat tidur ini. Maafkan aku, Paduka,” ucap istri Prabu Surasowan. Sumber “Pertarungan Sultan Maulana Hasanuddin dan Prabu Pucuk Umun”. Diakses pada 10 Maret 2023 Kisah Datu Diyang Cerita Rakyat dari Kalimantan SelatanOleh Siti Akbari Nun di sana, tampak rumah sederhana yang dibangun di atas sebuah rakit besar. Bangunan itu terlihat hangat dan bersahaja. Dari balik pintu yang terbuka terlihat susunan rumah yang tertata rapi dan bersih. Angin pun tampak bebas keluar masuk lewat jendela yang terdapat di samping kanan, kiri, depan,dan belakang rumah. Di depan rumah lanting tampak ada tumpukan kajang yang telah siap digunakan. Ada tanggui, tikar, dan bakul yang tersusun rapi. Barang-barang itu telah siap untuk dipasarkan. Adapun di samping rumah berjejer bibit-bibit tanaman. Ada bibit berupa bakal pohon. Ada yang merupakan tanaman untuk ramuan obat-obatan. Ada pula tanaman yang merupakan bahan untuk bumbu masak. Seorang perempuan muda asyik memisah akar enceng gondok dari batangnya. Di sampingnya tampak gundukan akar enceng gondok dan gundukan batang enceng gondok. Apabila tampak sekumpulan enceng gondok akan lewat di hadapannya, ia segera berdiri dan mengambil kayu panjang. Diarahkannya kayu panjang ke kumpulan enceng gondok. Setelah berhasil mendekatkan ke pinggir, dengan segenap kekuatan ditariknya kumpulan enceng gondok tersebut ke hadapannya. Ia tampak senang sekali melihat kumpulan akar enceng gondok yang terlihat hitam mengkilat tertimpa cahaya matahari. Daun hijaunya terlihat hijau segar, tambah lagi dengan bunga ungu enceng gondok yang menyembul di antara rumpun-rumpunnya. Sumber “Kisah Datu Diyang”. Diakses pada 10 Maret 2023 Atuf Sang Penakluk Matahari Cerita Rakyat dari MalukuOleh Rudi Zofid Siapa petarung paling perkasa di seluruh muka Bumi? Orangnya adalah Atuf, lelaki Sifnana yang datang dari Pulau Babar menjadi pahlawan bagi orang Tanimbar. Dia mengalahkan lawannya dalam satu-satunya pertarungan paling dramatis. Lawannya bukanlah sembarang lawan. Bukan juara dunia tinju, juara gulat, atau juara pencak silat. Atuf bertarung melawan Matahari dan dia tampil sebagai pemenang. Tokoh Atuf yang legendaris ini hidup dalam memori masyarakat Maluku Tenggara, khususnya masyarakat yang mendiami Pulau Babar, Selaru, Yamdena, Kei Besar, dan sebagian Nusa Tenggara Timur. Pulau-pulau yang terpisah oleh lautan itu menjadi terhubung karena adanya kesamaan cerita tentang Atuf. Atuf hidup pada zaman purbakala, ketika jarak langit dan bumi sangat dekat. Saking dekatnya, orang di puncak gunung tinggi seakan sanggup menggapai langit dengan lambaian tangan. Pada masa itu, di langit hanya ada Matahari. Bila malam tiba, langit sangat hitam kelam karena belum ada bulan dan bintang-bintang. Bola Matahari berukuran sangat besar dibandingkan dengan Matahari yang ada saat ini. Jarak Matahari dengan bumi pun sangat dekat. Matahari terbit dan terbenam secara tidak teratur. Matahari berlaku seperti makhluk bernyawa sehingga sanggup mengatur pergerakan sendiri dengan seenaknya. Terkadang pada pagi hari, Matahari mengintip saja dari ufuk timur dan tidak menuju ke barat. Akibatnya, orang tidak merasakan adanya senja. Pada hari yang lain, Matahari terbit kemudian berjalan hingga ke atas kepala. Tetapi, setelah itu, kembali lagi ke ufuk timur Sumber “Atuf Sang Penakluk Matahari”. Diakses pada 10 Maret 2023 La Tadamparek Puang Rimaggalatung Cerita Rakyat dari Sulawesi SelatanOleh Andi Herlina Palakka adalah salah satu kerajaan yang cukup makmur, yang diperintah oleh Raja Arung Palakka. Seorang pemimpin yang sangat dicintai oleh rakyatnya. Beliau memerintah dengan adil dan bijaksana. Tidak heran jikalau ia selalu disanjung dan dipuja oleh rakyat Palakka. Namun, di balik kesuksesannya menjadi arung, ada hal yang ia gelisahkan. Di usianya yang sudah tua, ia belum memiliki calon pewaris takhta Kerajaan Palakka. Anaknya We Tenri Lawi yang telah dinikahkan dengan La Tompiwanua, seorang keturunan dari Kerajaan Cinnotabi, belum dianugerahi seorang anak. Setiap hari Arung Palakka tanpa bosan-bosannya memohon kepada dewata agar kelak sebelum ia meninggal, ia memperoleh cucu dari garis keturunannya sendiri. Rakyat Palakka pun turut merasakan kegelisahan Arung. Mereka dengan rela dan ikhlas berdoa semoga di istana lahir seorang anak pewaris Kerajaan Palakka. Setelah menunggu selama bertahun-tahun, akhirnya dewata mengabulkan doa arung dan rakyat Palakka. We Tenri Lawi mengandung setelah bertahun-tahun ia menginginkannya. Kabar kehamilan ini menjadi angin segar bagi seluruh rakyat. Mereka berpesta sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terkabulkannya doa-doa yang selama ini mereka panjatkan. Arung Palakka tak kalah senang mengetahui putrinya telah mengandung. Beliau merasa bahwa usahanya untuk terus berdoa kepada pemilik alam ini tidaklah sia-sia. Setiap usaha yang diiringi dengan berdoa suatu saat akan terkabul. Sebagai bentuk rasa syukurnya, Arung Palakka berjanji akan mendidik cucunya menjadi seseorang yang cerdas, jujur, bijaksana, dan adil. Sumber “La Tadamparek Puang Rimaggalatung”. Diakses pada 10 Maret 2023 Kain Tenun dan Putra Mahkota Cerita Rakyat dari Jawa BaratOleh Menuk Hardaniwati Senja hampir tiba, matahari hampir sampai di ufuk barat. Kerbau dan sapi di sawah yang kering sudah mendekati dusun di bumi Priangan. Anak-anak gembala bermain riang di tengah sawah yang luas terhampar. Uak kerbau dan lenguh sapi yang berkeliaran ke sana ke mari menggambarkan ketenteraman dan kedamaian desa itu. Dari atap tiap-tiap rumah kelihatan asap mengepul ke udara bagai asap rokok seorang raksasa, tanda penduduk sedang mempersiapkan makan malam. Di atas pematang tampak seorang gadis bersama tujuh orang bibinya. Ketujuh bibi gadis kecil itu masih remaja juga. Peria Pokak nama gadis itu. Tawa dan canda mereka menggambarkan kebahagiaan gadis-gadis remaja. Usia Peria Pokak belum genap enam belas tahun, perawakan badannya tinggi semampai. Penampilan Peria Pokak sangatlah sederhana. Peria Pokak adalah anak seorang janda miskin. Ia tinggal bersama ibunya di pinggir desa itu. Kehidupan mereka sangat sederhana. Ibunya hanya seorang pekerja ladang sewaan. Pada suatu hari Peria Pokak disuruh menemani bibi-bibinya ke sumur Lamben. Sebetulnya bukan itu maksud sebenarnya. Ketujuh bibi Peria Pokak ingin melihat pria pujaan mereka. Pria pujaan itu adalah Putra Mahkota kerajaan. Letak sumur itu tidak jauh dari tempat Putra Mahkota bermain. Mereka sengaja mandi dan bermain-main di sumur Lamben agar dapat dilihat Putra Mahkota. Sumber “Kain Tenun dan Putra Mahkota”. Diakses pada 10 Maret 2023 Pendekar Sejati Bukit Matahari Cerita Rakyat dari Sumatera UtaraOleh Salsa Putri Sadzwana Fajar baru saja tiba. Matahari mulai menampakkan dirinya di kaki cakrawala. Semburat sinarnya yang kuning keemasan mulai menerangi seluruh alam. Bari, bocah berusia sepuluh tahun itu mulai menuruni tangga Omo Hada miliknya. Omo Hada adalah rumah adat khas suku Nias yang terdapat di Desa Bawomataluo. Pagi ini, ia berniat menjumpai Ina yang tengah sibuk menumbuk padi di dalam lisung batu. Ia sudah tak sabar ingin memulai hari-hari barunya di Tano Niha, sebutan suku Nias untuk menyebut kampung halaman mereka, Tanah Nias. Ia yakin hari ini adalah waktu yang tepat baginya untuk menyapa dunia barunya ini. Sejak kedatangannya sebulan yang lalu, ia sama sekali belum pernah ke luar rumah walaupun hanya sekadar bercengkrama dengan keluarga barunya. “Bari! Mau ke mana kau? Siapa yang suruh kau ke luar rumah?” teriak Ina yang langsung meletakkan alu, alat untuk menumbuk padi di dalam suatu wadah yang biasanya disebut lisung batu. Ia bergegas menarik Bari kembali ke dalam Omo Hada mereka. “Tapiii Inaa…” Bari pasrah. Ina tetap membawanya kembali ke dalam Omo Hada. Tak peduli ia terus mengerang kesakitan karena cengkeraman tangan Ina yang begitu kuat terhadap lengannya. Sejurus kemudian, Ina langsung mendudukkan Bari di atas kursi kayu. Dorongan tangan Ina yang begitu kuat membuat tubuh Bari terhempas begitu saja di atas kursi kayu itu. Sumber “Pendekar Sejati Bukit Matahari”. Diakses pada 10 Maret 2023 Penunggu Sungai Kapuas Cerita Rakyat dari Kalimantan TengahOleh Entis Nur Mujiningsih Laki-laki berbadan besar dan tinggi itu tidak lagi muda. Usia lakilaki itu sudah tujuh puluh tahun. Rambutnya sudah mulai memutih, kulitnya sudah tampak kendur. Namun, sisa-sisa ketampanannya masih ada. Ia adalah raja yang sangat disegani oleh rakyatnya Baginda raja terkenal sebagai seorang raja yang arif dan bijaksana di Kerajaan Kahayan Hilir, Pulau Mintin. Rakyat hidup rukun dan makmur karena keadilan baginda raja. Kejayaan kerajaan itu pun terkenal ke daerah di sekitarnya. Pagi ini, rinai hujan membasahi Kerajaan Kahayan Hilir. Langit tampak gelap seakan hujan akan turun semakin deras. Suasana ini menimbulkan kepedihan hati Raja Kahayan Hilir. Matanya menerawang jauh. Dipandangilah titik-titik hujan itu. Baginda raja masih belum dapat melupakan kepergian permaisuri yang sangat dikasihinya.“Sanggupkah aku hidup sendiri tanpa didampingi permaisuri?”Kekhawatiran itulah yang membebani pikirannya. Hujan di luar masih turun dengan deras, angin kencang sesekali terdengar derunya. Dipandangilah titik-titik hujan terasa air mata baginda menetes di pipinya. Kenangan demi kenangan bersama permaisuri belum dapat dilupakan. “Siapa yang akan aku ajak berdiskusi tentang masa depan kerajaan ini? Putra-putraku belum dapat diharapkan untuk meneruskan pemerintahan di kerajaan ini?” katanya dalam hati. Sumber “Penunggu Sungai Kapuas”. Diakses pada 10 Maret 2023 Gong Robek yang Bertuah Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara BaratOleh Zaenal Hakim Kisah ini terjadi pada zaman dahulu kala di Desa Ganti, kawasan Sasak NTB. Di sana terdapat seorang laki-laki yang sudah lanjut usia. Istrinya telah lama meninggal dunia akibat sakit. Laki-laki tua ini tidak beristri lagi. Ia takut istri barunya tidak menyayangi kedua anak laki-lakinya. “Kekejaman ibu tiri masih bertebaran di dunia ini!”, demikian yang menjadi alasannya. Kini ia hidup bersama kedua anaknya yang masih kecil. Anak pertama bernama Saleser Gelap dan adiknya bernama Rambulan Purnama. Sumber penghidupan keluarga ini hanyalah mencari ikan. Mereka memasang sebuah bubu di sungai pada waktu malam. Esok paginya bubububu diangkat, maka bergeleparanlah makhluk-makhluk air itu menunggu nasib selanjutnya sebagai makanan manusia. Sungai itu mengalir di sebelah kampung mereka, yaitu Dusun Beleka. Bubunya sering dipasang di suatu tempat yang bernama Lubuk Tibu Nangka. Di tempat itulah mereka anggap paling banyak ikan yang terperangkap bubu. Selama mereka melakukan pekerjaan itu, selalu saja ada ikan yang didapat. Bubunya selalu berisi mujair, ikan mas, lele, belut, dan beberapa jenis ikan lainnya. Ikan-ikan yang terkumpul dijajakan secara bergantian oleh kedua anaknya. Kedua anak itu bergantian berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya. Ikan-ikan diikat dalam satu rangkaian dengan cara menusukkan satu ujung tali kulit pisang ke dalam insang ikan, yang kemudian ditarik keluar melalui mulutnya. Demikian seterusnya, sehingga dalam satu tali bisa terangkai beberapa ikan. Makin panjang tali makin banyak ikan yang terangkai. “Ikan, ikaaan! Ikan ikaaaan! Bu, ikannya, Bu!” ucap Rambulan Purnama menawarkan. “Ibu tidak punya uang, mari tukar sama beras?!”jawab seorang ibu. “Tukar beras? Boleh!” jawab Rambulan Purnama. Penduduk desa itu sudah mengenal betul cara hidup duda tua dengan anak-anaknya yang piatu itu. Dari hasil penjualan atau penukaran ikan itu mereka bisa memperoleh bahan-bahan sembako untuk dimakan tiap hari. Penduduk kampung merasa kasihan kepada mereka yang mencari nafkah dengan cara menanam pukat di lubuk sungai tersebut. Sumber “Gong Robek yang Bertuah”. Diakses pada 10 Maret 2023 Legenda Bukit Perak Cerita Rakyat dari JambiOleh Ricky A. Manik Alkisah di suatu daerah di pedalaman Muarojambi, di salah satu kabupaten di Jambi, hiduplah seorang penghulu desa yang oleh masyarakatnya begitu dihormati. Penduduk akrab memanggilnya dengan sebutan Datuk Sengalo. Di masa kepemimpinan Datuk Sengalo, masyarakat Desa Datuk Sengalo hidup dengan rukun, aman, dan sejahtera. Masyarakat sangat senang dipimpin oleh Datuk Sengalo yang selalu ramah, tidak angkuh, tegas dalam bersikap, dan menunjukkan kepeduliannya kepada masyarakat. Tak jarang pula Datuk Sengalo mengajak warganya untuk selalu tolongmenolong terhadap warga lain yang sedang mengalami kesusahan. Dalam membangun desanya, Datuk Sengalo juga selalu mengajak masyarakat untuk bergotongroyong. Mereka saling tolong mulai dari membuat jalan kampung, membangun jembatan, membangun rumah warga, bahkan memanen hasil kebun. Selama Datuk Sengalo memimpin desa, kehidupan warga desa selalu dalam keadaan aman sentosa. Masyarakatnya hidup penuh kerukunan dan kedamaian. Belum pernah ada warga yang bertikai satu dengan yang lain. Mereka semua hidup sudah seperti saudara dan keluarga sendiri. Hidup mereka tenteram dan makmur. Selain kearifan dan kebijaksanaannya dalam memimpin sebuah desa, Datuk Sengalo juga dikenal dengan kesaktiannya. Oleh masyarakat di sekitarnya, Datuk Sengalo dipercaya sebagai keturunan sanga atau keturunan sembilan dari keluarga manusia setengah dewa pada masa itu. Belum ada yang dapat menandingi kesaktian Datuk Sengalo. Konon kabarnya hanya peluru senapanlah yang dapat menembus kulitnya. Senjata tajam yang lain seperti keris, pedang, dan tombak tak pernah bisa menembus atau bahkan melukai segaris pun kulitnya. Sumber “Legenda Bukit Perak”. Diakses pada 10 Maret 2023 Hikayat Bayan Budiman Cerita Rakyat dari Kepulauan Bangka BelitungOleh Ekawati Dalam cerita ini disebutlah nama Bayan yang budiman. Bayan adalah nama burung yang dapat berbicara, baik hati, dan memiliki sifat-sifat terpuji seperti layaknya manusia. Ia pun pandai bercerita tentang segala hal yang mengandung hikmah bagi siapa pun yang mendengarnya. Isi ceritanya biasanya berupa nasihat yang bermanfaat, khususnya bagi manusia, seperti cerita tentang anak yang harus berbakti kepada kedua orang tuanya, istri yang harus setia kepada suaminya, dan manusia yang harus selalu berdoa memohon pertolongan Allah, Tuhan semesta alam ini. Ia tidak mau berbuat jahat, keji, dan berbicara yang tidak ada manfaatnya. Oleh karena itulah, ia disebut burung bayan yang budiman. Pada suatu hari sekawanan burung bayan asyik berterbangan dengan bebas. Mereka berkejar-kejaran dan hinggap di satu pohon dan berpindah ke pohon yang lain dengan sukacitanya. Namun, kebebasan mereka tiba-tiba terhenti karena ketika mereka hinggap di salah satu pohon yang sangat besar, sayap-sayap mereka lengket di daun dan ranting pohon itu sehingga mereka pun tidak dapat lagi terbang ke sana kemari. Kawanan burung bayan itu berjumlah seratus ekor, salah satunya adalah Raja Bayan. Sebagai pemimpin, Raja Bayan menyampaikan idenya kepada bayan-bayan yang lain, “Kawankawan, ketahuilah bahwa kita terkena jebakan manusia, tetapi kita harus tetap tenang. Hari sudah malam dan besok pagi manusia yang menjebak kita pasti datang. Ketika dia datang, kita semua harus berpura-pura mati. Tahan napas kalian dan jangan sampai ada yang bergerak. Dia pasti akan mengambil kita satu per satu dan menjatuhkan kita ke tanah. Siapa pun di antara kita yang terlebih dahulu dijatuhkan ke tanah harus tetap diam dan jangan langsung terbang sebelum semuanya jatuh ke tanah.” Bayanbayan yang lain pun mengerti dan berjanji akan menaati perintah raja mereka. Di suatu negeri, hiduplah seorang tua bersama keluarganya. Pekerjaan orang tua itu sehari-hari adalah menangkap burung dan ayam di hutan. Ayam dan burung hasil tangkapannya lalu dijual di pasar. Uang hasil menjual ayam dan burung itulah yang dipakai untuk menghidupi keluarganya. Sumber “Hikayat Bayan Budiman”. Diakses pada 10 Maret 2023 Sabeni Jawara dari Tanah Abang Cerita Rakyat dari DKI JakartaOleh Lustantini Septiningsih Sejak kepergian sang suami, perempuan itu harus mengasuh dan membesarkan dua anak laki-lakinya. Setiap hari dia harus bekerja keras untuk menghidupi kedua anaknya. Dua anak laki-laki itu, Rojali dan Somad, tergolong dewasa. Namun, mereka belum berpikiran dewasa. Mereka belum menyadari jika ibunya telah tua. Kehidupan mereka pun miskin. Mereka sehari makan dan sehari tidak. “Rojali dan Somad, anakku,” sapa sang Ibu. “Iya, Nyak,” jawab Rojali dan Somad serentak. “Kemari, Nyak ingin bicara. “Ya, Nyak,” jawab Rojali. “Duduklah kalian!” kata ibunya melanjutkan pembicaraan. Rojali dan Somad pun segera duduk. “Bagaimana, Nyak?” tanya Rojali. “Ya, Nyak. Apa yang ingin Nyak sampaikan kepada kami?” sahut Somad. “Begini, Nyak ingin menyampaikan sesuatu. Namun, Nyak khawatir jika yang Nyak sampaikan menjadi beban kalian.” “Sampaikan saja, Nyak!” pinta Rojali. Beberapa saat kemudian dengan perlahan ibunya mengungkapkan isi hatinya “Semakin hari usia Nyak semakin tua. Tidak kuat lagi Nyak mencari makan buat sehari-hari. Nyak mengharapkan kalian dapat menggantikan Nyak mencari nafkah.” Sumber “Sabeni Jawara dari Tanah Abang”. Diakses pada 10 Maret 2023 Gatotkaca Satria dari Pringgadani Cerita Rakyat dari Jawa TengahOleh Lustantini Septiningsih Dewi Arimbi, istri Raden Werkudara, sedang hamil tua. Para prajurit Pringgadani siang malam selalu berdoa. Mereka berharap sang Ratu melahirkan dengan selamat. Ketika suasana sangat hening, Dewi Arimbi melahirkan seorang bayi laki-laki. Keluarga kerajaan bergembira, terutama Raden Werkudara karena keinginannya untuk mempunyai seorang anak laki-laki terkabul. Bende, gong kerajaan dipukul tiga kali sebagai tanda itu, para prajurit Kerajaan Pringgadani berkumpul. Saat akan dilakukan pemotongan tali pusar, tali pusar bayi itu tidak mempan dipotong dengan pisau. Keanehan itu membuat semua orang cemas. Prabu Sri Batara Kresna meminta Prabu Puntodewo memotongnya dengan pusaka andalan Pandawa. Prabu Puntadewa mendekati bayi itu dengan membawa pusaka untuk memotong tali pusarnya. Namun, pusaka itu juga tidak sanggup untuk memotongnya Prabu Sri Batara Kresna merasa penasaran. Ia menyuruh Raden Harjuna memotong tali pusar bayi itu dengan pusaka andalannya. Namun, pusakanya pun tidak mampu untuk memotong tali pusar bayi itu. Sumber “Gatotkaca Satria dari Pringgadani”. Diakses pada 10 Maret 2023 Kisah Persahabatan antara Pulau Haruku dan Pulau Seram Cerita Rakyat dari MalukuOleh Nita Handayani Hasan Desa Haruku adalah desa yang tenteram dan damai. Masyarakatnya hidup berdampingan dengan damai. Jika salah satu orang tertimpa musibah, anggota masyarakat yang lain langsung menolongnya. Desa Haruku juga memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah. Hasil hutannya sangat kaya, begitu pula hasil lautnya. Mata pencaharian masyarakat Haruku ialah berkebun dan bertani. Biasanya mereka membuka lahan perkebunan di dalam hutan. Tanaman-tanaman yang mereka tanam berupa umbi-umbian, sayur-mayur, dan buah-buahan. Hasil dari berkebun mereka bawa ke Kota Ambon untuk dijual di sana. Hari itu Dominggus akan pergi ke kebun untuk memanen buah durian. Beberapa hari sebelumnya, ayah dan pamannya sudah pergi untuk memanen durian. Mereka sempat mengajaknya, tetapi melihat istrinya yang sedang sakit, Dominggus mengurungkan niatnya. Pada pagi hari itu, setelah melihat keadaan istrinya mulai pulih, dia memberanikan diri untuk meminta izin kepada istrinya. “Istriku, aku mau pergi memanen durian di kebun. Mungkin setelah tiga hari aku baru pulang. Jangan lupa minum obatmu.” “Baiklah, berhati-hatilah semoga perjalananmu lancar. Aku akan mempersiapkan bekalmu selama di hutan. Tunggulah sebentar, akan kuuntai ijuk menjadi cincin agar dapat kau hadiahkan kepada Buaya Learissa Kayeli,” kata Marice kepada suaminya. Ada rasa khawatir dan sedih dalam hatinya. Namun, dia harus melepaskan suaminya karena pada musim durian masyarakat akan mendapat banyak keuntungan dari penjualan durian. Uang yang diperoleh dapat digunakan untuk biaya hidup sehari-hari. Sumber “Kisah Persahabatan antara Pulau Haruku dan Pulau Seram”. Diakses pada 10 Maret 2023 Jaka dan Naga Sakti Cerita Rakyat dari Jawa TimurOleh Dina Alfiyanti Fasa “Bagaimana nasib pemuda itu? Apakah ia berhasil? Sudah hampir sehari ia pergi. Semoga ia dapat mengalahkannya. Namun, bagaimana bila ia tidak berhasil? Apa yang harus kulakukan? Bagaimana nasib putriku?” batin Prabu Arya Seta cemas. Prabu Arya Seta tampak gelisah. Sudah sejak pagi Prabu Arya Seta hanya berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Ia tidak ingin diganggu. Ia telah memerintahkan semua orang di kerajaan untuk tidak mengganggunya seharian ini. Tidak ada yang mempertanyakan perintah Prabu Arya Seta karena mereka memahami perasaannya. Prabu Arya Seta sedang memikirkan nasib seorang pemuda yang sedang bertarung di gua kaki Gunung Arga Dumadi. Apa pun hasil pertarungan itu akan sangat memengaruhi keadaan putrinya, Putri Ayu Rara Kemuning, dan dirinya. Ia sangat berharap pemuda itu dapat memenangkan pertarungan agar keadaan di kerajaan kembali normal. Sudah berbulan-bulan ini kerajaan tidak dihiasi keceriaan Putri Kemuning. Ia tidak dapat keluar kamar karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk keluar kamar. Ia terkena penyakit yang tidak biasa dan membuatnya malu untuk bertemu dengan orang lain. Hanya seorang pelayan yang dapat bertemu dengannya karena harus melayaninya makan dan mandi. Sumber “Jaka dan Naga Sakti”. Diakses pada 10 Maret 2023 Sari Gading Cerita Rakyat dari Jawa TengahOleh Harlina Indijati Di suatu perkampungan hidup kakak beradik yang bernama Cendana dan Cendini. Mereka sudah lama hidup sebagai yatim piatu. Cendana sangat menyayangi adiknya, Cendini. Walaupun masih anakanak, Cendana sudah dapat menanam padi untuk keperluan hidupnya. Selain menanam padi, dia juga menanam buah-buahan dan sayursayuran. Pisang dan pepaya ditanam di sela-sela pematang sawah. Oleh karena itu, semua kebutuhan makanannya sudah tercukupi dari sawah dan kebunnya sendiri. Tubuh Cendana sangat kekar dan kuat sehingga ia bisa menebang pohon. Ia juga rajin mengumpulkan kayu bakar untuk piranti memasak. Cendini juga telah tumbuh menjadi anak perempuan yang cantik. Rambutnya panjang, wajahnya bulat panjang, dan matanya bersinar. Cendini sangat rajin membantu kakaknya. Cendini dan Cendana masih tergolong anak-anak, tetapi pemikirannya sudah seperti orang dewasa karena keadaan yang dialaminya. Cendini dan Cendana selalu bangun pagi sebelum fajar menyingsing. Kadang-kadang sebelum berangkat ke sawah, Cendana dan Cendini memberi makan ayam yang dipeliharanya terlebih dahulu. Kedisiplinan Cendana dan Cendini itu yang menyebabkan ayam miliknya selalu bertelur setiap hari. Cendini membantu Cendana membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sela-sela padinya. Cendini juga memetik daun singkong yang masih muda untuk dimasak. Kerajinan dan kedisiplinan Cendana dan Cendini menyebabkan padinya tumbuh subur. Selain menanam padi, Cendana juga menanam ubi dan jagung. Sumber “Sari Gading”. Diakses pada 10 Maret 2023 Legenda Condet Cerita Rakyat dari DKI JakartaOleh Azhar
Jawaban Contoh karangan narasi tentang perjalanan padi hingga menjadi nasi siap santap adalah sebagai berikut. Padi merupakan salah satu tanaman pangan di Indonesia. Tanaman padi perlu melalui proses penanaman di sawah. Setelah kurang lebih 6 bulan, padi dapat dipanen. Padi kemudian dikeringkan untuk memperoleh beras.23 January 2023 4 min read Contoh Paragraf Narasi – Salah satu bentuk karangan yang sering dibuat adalah karangan narasi. Mungkin saja beberapa dari kamu masih belum atau kurang memahami apa yang disebut dengan karangan narasi. Pada artikel kali ini selain akan dibahas tentang contoh narasi akan ada pembahasan tentang apakah narasi itu sendiri sehingga akan dengan mudah untukmu untuk membuat karangan narasi sendiri. Paragraf atau karangan narasi sebenarnya sangat sering dijumpai. Hanya saja sering kali tidak disadari bahwa paragraf yang sedang dibaca tersebut termasuk karangan narasi. Paragraf Narasi adalah suatu paragraf yang berisi tentang suatu karangan cerita yang disusun sesuai dengan rangkaian peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu secara berurutan atau singkatnya sesuai dengan kronologi kejadian. Cara Menulis NarasiMenentukan tema atau pesanSesuaikan dengan sasaran pembacaKerangka ceritaDetail ceritaMenentukan penokohanContoh Narasi Tentang BermimpiContoh Narasi Pengalaman PribadiContoh Narasi ImajinatifContoh Narasi CintaContoh Paragraf Narasi Tentang LingkunganContoh Karangan Narasi Tentang LiburanContoh Paragraf Narasi Tentang KesehatanContoh Paragraf Narasi Tentang BudayaContoh Narasi Tentang Baju Cara Menulis Narasi Jangan sampai salah saat ingin membuat narasi. Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan terlebih dahulu agar narasi yang dibuat sesuai dan tidak melebar beberapa hal bisa kamu lakukan sebelum memulainya. Cara ini hanya untuk mempermudah teman-teman dalam menuliskan suatu narasi. Menentukan tema atau pesan Saat ingin membuat karangan narasi, sebaiknya kamu menentukan tema apa yang ingin kamu bawa atau sampaikan pada narasi yang akan kamu tulis. Tema ini merupakan pesan utama dari narasi yang ingin kamu tulis, misalkan tema yang ingin kamu sampaikan adalah mencuri adalah perbuatan yang tidak baik’ atau menjaga kebersihan dilingkungan sekitar adalah sesuatu yang wajib’. Dengan menentukan tema inilah kamu bisa dengan mudah menentukan alur cerita agar pesan ini dapat tersampaikan dengan baik. Sesuaikan dengan sasaran pembaca Alangkah lebih baiknya jika kamu tahu sasaran pembacamu siapa. Tentukan dulu kamu ingin menyampaikan pesan atau tema itu untuk siapa. Apakah untuk anak-anak dengan rentang usia anak SD, SMP hingga SMA atau anak kuliah bahkan bisa juga untuk segala usia. Dengan tahu target pembaca akan dengan mudah untuk menentukan seperti apa bahasa yang akan kita gunakan. Juga akan mempermudah kita menyiapkan ceritanya seperti dengan bahasa yang rumit, sederhana atau alur cerita yang menegangkan. Kerangka cerita Setelah menentukan tema kemudian target pembaca waktunya kamu untuk membuat kerangka cerita. Pada bagian ini teman-teman bisa memberikan poin secara general tentang bagaimana ceritamu akan dimulai. Setelahnya tuliskan bagaimana cerita narasimu mencapai klimaks atau adegan puncak. Setelah masuk ke adegan puncak kemudian tentukan bagaimana cerita atau narasi yang kamu buat akan berakhir. Pada klimaks biasanya konflik baru sedang panas-panasnya sedangkan untuk menuju akhir konflik yang kamu buat sudah menemui titik terang. Detail cerita Dengan kerangka cerita, kamu bisa melanjutkannya dengan memberikan detail pada inti cerita. Masukan cerita apa yang akan kamu sampaikan sesuai dengan kerangka cerita. Jangan terlalu bertele-tele atau narasimu jadi tidak menarik. Menentukan penokohan Penokohan bisa kamu lakukan setelah inti ceritanya kamu pahami. Dengan menentukan tokohnya maka kamu tidak akan menambahkan terlalu banyak tokoh sehingga narasimu menjadi terlalu panjang dan tidak ada selesainya. Penokohan dan watak disini sangat akan membantumu saat menulis narasi nanti. Tidak terlalu sulit bukan untuk menuliskan suatu narasi? Simak contoh narasi di bawah ini agar kamu lebih memahami dan menjadikannya bahan referensi untuk menuliskan narasi yang kamu inginkan. Contoh Narasi Tentang Bermimpi Aku berjalan menuju halaman rumah-rumah yang sunyi. Aku terus berjalan di kota kecil yang sunyi hingga kutemukan patung-patung sepeda di suatu taman tak jauh dari rumah-rumah itu. Ada seorang gadis berbaju merah mengintipku dari balik rerimbunan daun. Aku mengejarnya. Lantas ia berhenti di salah satu sudut taman dan menoleh ke arahku. Kami berpandangan-pandangan sebelum aku sadar kalau ia benar-benar telah menghilang. Bolak-balik aku mencoba mencarinya. Sebelum aku benar-benar menemukannya, dering nyaring jam weker di atas meja mengejutkanku. Cahaya matahari sudah menerobos masuk jendela kamarku. Contoh Narasi Pengalaman Pribadi Sesampai di bumi perkemahan Cibubur, Kami bersiap untuk menurunkan barang bawaan kami. Kami pun melanjutkan dengan mendirikan tenda kemah kami. Tahap demi tahap kami rangkai Tenda kami hingga berdiri kokoh. Tak kurang dari 20 Menit tenda kami sudah berdiri tegak mengawali kesiapan kami untuk mengikuti Kemah Persami hari itu. Kami pun berlanjut berkumpul di lapangan utama karena akan diadakan Upacara pembukaan perkemahan oleh Kepala Sekolah kami. Contoh Narasi Imajinatif Hari mulai petang, tapi tak kulihat dirinya menampakkan diantara keramaian ini, Aku mulai takut, sedih dan tak karuan. Dimana Ibuku? dia bilang suruh tunggu. Tapi sudah 3 jam aku menunggu tak kunjung bertemu. Apa ia sengaja meninggalkanku? ataukah ia memang kesulitan menemukanku? rasanya tidak, aku berdiri diatas lokasi yang persis ia sampaikan dalam suratnya. Entah, Jika satu jam lagi tidak segera berjumpa, maka ia memang Ibu yang paling jahat sedunia! Contoh Narasi Cinta Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga? Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya. Contoh Paragraf Narasi Tentang Lingkungan Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi. Kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta pembuangan air limbah yang langsung dialirkan pada saluran/sungai. Hal tersebut menyebabkan pandangkalan saluran/sungai, tersumbatnya saluran/sungai karena sampah. Pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit. Masalah air bersih merupakan hal yang paling fatal bagi kehidupan kita. Dimana setiap hari kita membutuhkan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya. Dengan air yang bersih tentunya membuat kita terhindar dari penyakit. Contoh Karangan Narasi Tentang Liburan Berlibur ke Kebun Binatang Akhirnya, hari ini tiba. Hari ini aku dan keluargaku akan pergi ke kebun binatang Ragunan. Aku bangun pagi-pagi sekali, kemudian membantu ibu mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa. Sebelum pergi, kami sarapan terlebih dulu. Pukul kami berangkat menuju kebun binatang Ragunan. Kami pergi ke kebun binatang menaiki mobil ayahku. Ayah dan ibuku duduk di depan, sedangkan aku dan kakakku duduk di belakang. Contoh Paragraf Narasi Tentang Kesehatan Tubuh Laila pun kian melemas. Sedari tadi, dia sangat tidak konstentrasi saat pelajaran berlangsung. Pandangan matanya pun kian mengabur dan pikirannya pun berkonang-kunang. Tak perlu menunggu waktu lama, Lalila tergeletak di lantai di lantai kelas yang ada di sebelah kanan bangku kelas yang ia duduki. Sntak, semua yang ada di kelas Laila panik dan membawa tubuh Laila menuju ke Unit Kesehatan Siswa UKS. Sekian lama tak sadarkan diri, Laila pun akhirnya akhirnya tersadar juga. sejumlah teman yang disuruh Pak Guru untuk menjaga Laila di UKS tampak senang melihat temannya yang sudah tersadar tersebut. Kepada teman-temannya itu, Laila menceritakan bahwa dirinya tidak sempat sarapan terlebih dahulu di rumah, sehingga hal itu membuatnya lemas dan tidak berkonsentrasi. Akhirnya, teman-teman LAila pun membeli sepotong roti dan air mineral agar perut Laila terisi penuh oleh makanan, sehingga tubuhnya kembali kuat dan bisa berkonsentrasi saat belajar di kelas Contoh Paragraf Narasi Tentang Budaya Tepat pukul aku terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok seolah menyanyi sambil membangunkan orang-orang yang masih tidur. serta dapat ku lihat burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan. Dari timur sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. Aku berjalan ke halaman depan rumah tepat dihadapan ku ada sebuah jalan besar untuk berlalu lintas dari kejauhan tampak sawah-sawah milik petani yang ditanami padi masih berwarna hijau terlihat sangat sejuk, indah, dan damai. Dari kejauhan pula terlihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. Didesaku rata-rata penduduknya sebagai petani. Contoh Narasi Tentang Baju Sampah memang menjadi masalah jangka panjang pada lingkungan kita, Jika tidak segera atasi maka yang terjadi adalah bumi akan menjadi planet yang penuh sampah disemua lini. Maka dari itu, Ibu Azzahra menyuruh kami untuk membuat prakarya dari sampah. Pusing, tujuh keliling karena kami sama sekali tidak memiliki ide bagaimana sampah bisa diubah menjadi sebuah karya yang memiliki nilai jual. Untuk itulah, kami berkunjung ke Rumah Pak Sartono, ketua Bank Sampah desa Nogoyani. Pak Sartono, berkata bahwa sampah yang kami bawa ini ternyata dapat diubah untuk menjadi sebuah baju. Tercengang kami semua, bagaimana bisa bungkus bungkus mie instan yang kami bawa ini bisa diubah menjadi sebuah Baju? Lantas, pak sartono mengambil kan kami sampel baju yang terbuat dari bahan sampah. Diambilah sebuah gaun yang sangat cantik, anggun dan berkilau itu. Tanpak kejauhan seperti Gaun yang dikenakan oleh Elsa, tokoh kartun favoritku. Dengan warna biru cerah, kemilau layaknya berlian itu yang memanjakan mataku. Ternyata semua itu terbuat dari Sampah yang disetor secara sukarela oleh masyarakat. Seorang Guru Komputer di SMK Negeri di Jawa Tengah. Hobi menulis dan membagikan Tips mengenai Tutorial Komputer.
Konsepyang disajikan kepada pengunjung, khususnya untuk lokasi sawah adalah "Dari sawah sampai ke meja makan". Sehingga pengunjung dapat menikmati sensasi ketika berada di kawasan tersebut. "Jadi para pengunjung bisa melihat proses penanaman padi, sampai dengan proses penggilingan padi, dan beras yang dihasilkan dimasak dan dihidangkan di mejaBerikutdi bawah ini adalah beberapa contoh karangan narasi : Contoh cerita esai tentang lingkungan. Tepat jam 6:00 pagi, saya terbangun, diiringi suara nyanyian ayam seakan sedang bernyanyi sambil membangunkan orang yang masih tertidur. dan aku bisa melihat burung terbang dari sarangnya untuk makan.TERLETAK di Tanjung Piandang, daerah Kerian di Perak, Ban Pecah merupakan antara destinasi popular untuk kaki pancing dan lokasi menarik untuk jurugambar perkahwinan kerana pemandangan lautnya yang cantik terutama pada waktu matahari terbenam. Tiada makna khusus dalam kamus Dewan Bahasa dan Pustaka atau kamus Bahasa Melayu, tetapi istilah "ban" dalam dialek negeri di utara ialah sempadan yang memisahkan sawah. Tahukah anda tempat yang menjadi pilihan keluarga untuk berehat pada hujung minggu ini mempunyai sejarahnya yang tersendiri. “Sumpahan Ban Pecah” berkait antara unsur sejarah dan mitos malahan ia turut menimbulkan tanda tanya. Sawah padi bertukar laut Pantai unik ini menerima ramai pelancong hampir setiap hari. Menurut penduduk tempatan, kawasan tersebut merupakan kawasan penanaman padi yang subur sekitar tahun 1960-an. Menurut penduduk setempat, sumpahan anak-anak yatim teraniaya menyebabkan sawah yang subur itu bertukar menjadi laut sepenuhnya. Kisah ini tidak pernah dilupakan oleh penduduk kawasan dan daerah berhampiran seperti Bandar Baharu, Kedah dan Seberang Perai Selatan di Pulau Pinang. Menurut laman Orang Perak seorang penduduk Kampung Sungai Baharu ketika itu, Masjuri Anang berusia 84 tahun menulis di Tanjung Piandang kejadian itu menimpa dua beradik kaya kerana memiliki tanah bernilai tinggi. Bekas imam di kampung itu meyakinkan bahawa kisah ini bukan mitos, malahan ia menjadi topik perbincangan penduduk kampung ketika itu. Namun, lama kelamaan, cerita itu semakin tidak dibicarakan lagi lalu lenyap sedikit demi sedikit. Bapa saudara kepada dua anak yatim tersebut diamanahkan menjaga harta peninggalan arwah bapa mereka . “Memang benar dahulunya kawasan pantai ini adalah lautan sawah’ padi yang amat subur iaitu kira-kira 400 hektar luasnya. Ia milik penduduk kampung termasuk dua beradik yang merupakan anak orang berada. “Hampir dua pertiga tanah sawah itu milik mereka. Sebelum saudara yang sulung meninggal dunia, dia telah meminta adiknya menjaga anaknya dan tanah sawah miliknya. "Namun, ketika anak-anak itu sedang membesar, bapa saudara mereka telah mengkhianati amanah tersebut. Semua bahagian harta milik si abang tidak diserahkan seperti yang diamanahkan, sebaliknya dibolot oleh si adik,” ujar anak yatim teraniamya Bagi menyara kelangsungan hidup, anak yatim yang tidak tahu pada mulanya tentang peninggalan harta itu terpaksa bekerja keras setiap hari untuk mendapatkan sesuap nasi. Menurutnya, kata-kata masyarakat setempat ketika itu menyedarkan anak yatim berkenaan bahawa bapa saudara sendiri telah mengkhianati amanah bapa mereka. Akhirnya satu kejadian telah berlaku, sumpahan diungkap oleh anak-anak yatim tersebut kepada bapa saudara mereka. “Dia bertemu bapa saudaranya bertanyakan perkara itu tetapi disangkal dan dihalau keluar. Sebelum meninggalkan kampung, anak itu berdoa, Ya Allah, jika benar apa yang berlaku ini, engkau tunjukkan balasannya’. Sejak itu,ombak mula mengganas memecah benteng sawah atau ban yang dibina.”“Kawasan bendang dan kebun kelapa bertukar menjadi pantai menyebabkan penduduk kampung cemas. Segala usaha dilakukan seperti menambak dan cuba mengalirkan air laut ke dalam kolam, tetapi tidak berkesan sehingga segelintir penduduk kampung menggunakan bomoh dan pawang,” ujarnya. Kisah di sebalik nama “Ban Pecah” dapat memberi pengajaran kepada masyarakat. “Saya masih ingat lagi penduduk mengorbankan seekor lembu putih atas kehendak pawang. Ketika itu, saya berusia belasan tahun dan lihat sendiri tulang-tulang lembu bertaburan di tepi pantai." ujar seorang lagi penghuni kampung itu, Ahmad Mukri, 74. Pada masa sama, pemilik gerai berusia 48 tahun, Hassan Mohamad mengakui pernah melihat objek seperti pintu air ban di tengah laut ketika air surut."Saya masih dapat melihat pintu air di tengah laut dari jauh, kira-kira dua atau tiga kilometer dari pantai. Pintu air itu jelas membuktikan bahawa laut dahulunya adalah ban sekarang," katanya. Ishak Cik, 64, merupakan seorang penduduk yang bermain di kawasan Ban Pecah ketika remaja, namun pandangannya berbeza. Beliau berhujah bahawa kejadian itu adalah fenomena semula jadi yang disebabkan oleh hakisan pantai dan ombak besar yang berlaku pada awal mana kebenaran kisah ini bergantung kepada kepercayaan anda kerana kedengaran tidak masuk akal tetapi pengajaran boleh diambil adalah jangan diambil harta anak yatim kelak buruk padahnya. Dapatkan info dengan mudah dan pantas! Join grup Telegram mStar DI SINI vuVeMA.